Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat Datang & Terimakasih Atas Kunjungan Anda

Senin, 28 Februari 2011

Kemiskinan Kota dan Faktor-faktor Penyebabnya




Kemiskinan perkotaan adalah fenomena yang mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang ditimbulkannya. Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding sebagai pemicu, diantara beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan secara pesat mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan. Yasa (2008) mengemukakan bahwa dipandang dari sudut ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari beberapa sisi, diantaranya : 1) secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi yang timpang, 2) kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia, 3) kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal, 4) di daerah perkotaan, derasnya arus migran masuk juga memberi dampak terhadap semakin banyaknya penduduk dalam katagori miskin.
       Persoalan kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks. Banyak faktor yang berperan menjadi penyebab kemiskinan. Ketidakberuntungan (disadvantages) yang melekat pada keluarga miskin, keterbatasan kepemilikan aset (poor), kelemahan kondisi fisik (physically weak), keterisolasian (isolation), kerentaan (vulnerable),dan ketidakberdayaan (powerless) adalah berbagai penyebab mengapa keluarga miskin selalu kekurangan dalam memenuhi dasar hidup, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan layak untuk anak-anaknya. Kondisi serba kekurangan dari masyarakat miskin tersebut menyebabkan mereka tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya. Kondisi kemiskinan juga menjadi diperparah karena kewajiban sosial yang ditanggung keluarga miskin, seperti kewajiban menyumbang (Listyaningsih, 2004). Darwis dan Nurmanaf (2001) menunjukkan bahwa rumah tangga miskin memiliki rata-rata jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak tergolong miskin. Diasumsikan bahwa jumlah anggota rumah tangga merupakan beban tanggungan pengeluaran, maka dapat disimpulkan bahwa rumah tangga miskin memiliki beban yang lebih berat dalam mencukupi kebutuhan anggota keluarganya dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak tergolong miskin.  
           Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat yang telah dituangkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Pendidikan berorientasi pada penyiapan tenaga kerja terdidik, terampil dan terlatih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Pendidikan dalam kaitannya dengan penyiapan tenaga kerja harus selalu lentur dan berwawasan lingkungan agar pendidikan keterampilan dan keahlian dapat disesuaikan dengan kebutuhan akan jenis-jenis keterampilan serta keahlian profesi yang selalu berubah (Mantra, 2000).
          Kemiskinan dan disharmoni keluarga adalah faktor dominan penyebab anak perginya ke jalan (Tauran, 2000).  Kedua faktor tersebut, adakalanya berkaitan satu dengan yang lain, yakni, faktor disharmoni muncul sebagai akibat dari faktor kemiskinan keluarga atau sebaliknya. Umumnya anak jalanan berasal dari keluarga miskin. Orang tua mereka bekerja sebagai pekerja kasar, seperti buruh pabrik, buruh pelabuhan, dan montir, dengan penghasilan rata-rata di bawah Rp 400.000,- per bulan dan beban tanggungan antara empat sampai enam orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar